Oleh: Maii Muyapa
Jika mendengarkan dan melihat nama Maii terus! Sangat di bosangkan kepada pengdengar bakan hingga pembaca tapi penulis tidak membosang dengan nama ini. Karena, kedua sang orang tua memberikan nama kepada seseorang laki-laki ini telah menamai dia yaitu Maii.
Begitupun, dimana Makluk ciptaan Tuhan itu ada disitu memang sudah ada masing-masing memiliki Nama, baik itu manusia maupun flora dan fauna, semesta yang ada diatas permukan bumi.
Nama Adalah bukan hal biasa tetapi jati diri, identitas yang tidak terlepas oleh individual maupun kelompok makluk hidup bakan makluk tak hidup.
Dan juga, tanpa Nama semesta yang ada diatas permukan bumi tetap akan salah menyalahgunakan, tidak sesuai dengan identik yang benar dan tepat. Hanya karena adanya nama sehingga manusia bisa membedakan dan dibedakan, ini bangsa ini, suku ini, dan asal usul ini, dia orang. Jelas adanya nama sudah ada juga sebuah Kepastian dalam kehidupan manusia itu sendiri.
Kini, sangat perpatokan pada penulisan ini dengan ada nama sehingga sayapun bisa merasa dan mengetahui bahwa maii jadi maii tanpa sadar tidak sadar telah melekatnya pada pribadi sendiri.
Na, Sekarang ini hakekatnya dari pengarang adalah saya asal usulnya dari kampung, kampung disana geografisnya teritori “Piyayita” berarti berangkaian gunung-gunung, lembah ke lembah daerah yang penuh misterius kekayaan alam pun berlimpah-limpah salah satunya adalah kandungan Emas murni.
Panorama begitu elok mendunia, ketika tiba musim kemarai irama merdu burung cendrawasih setia menghibur saya, akupun menyakin suara burung berkicau-kicau akan menggumuli sejuta impian yang mengenal.
Terdengar dan terlihat semua kesan manis potensial alamku habitatnya disana membuat diriku menjadi monumen pohon damal artinya Pohon lilin atau pohon lampu potensi alam disana. Akupun terbawa oleh pukulan emas, letakan sayap cendrawasih hanya member insprasi dan impianku;
“Burung cendrawasih terbang di udara yang jauhpun tetap akan teringgap kembali pada saranya.
“Pesawat di udara terbang berpindah-pinda satu kota ke kota lainpun dia harus mendadak dimana kota yang ada lapangan terbang.
“Layang-layang terbang udara terbawah oleh angin sepoi di jauhpun talinya sedang di pengan oleh Manusia.
“Manusia keluar dari rumah, jalan di jauhpun dia tetap akan kembali ke rumahnya sendiri.
“Ikan-ikan di laut lompat ke sana kesini melihat senja pagi tiba, jika bernafas insang ikan tetap akan tenggelam dalam airnya.
“Maii adalah anak Kampung Piyayita yang sedang merantau di tanah orang lain suatu saat nanti Maii tetap akan kembali dengan penuh harapan habitatku yaitu Negeriku disana lembah uwodege alienya Piyayita.
Tulisan ini, menjadi saatnya tiba maii akan kembali ke orang di kampung halaman untuk sapa senyum dan tawa bersama sang orang tuaku.
Penulis tulis dengan sadar logikanya karena identitas pribadi dan kampung halaman adalah Mama kita sebab Segala harkat dan martabat yang sudah mewarisi oleh Nenek moyang adalah hak paten dimiliki, hak untuk mengatur alih waris Garis Keturungnya oleh garis Keturunanya sendiri. Selamat penantian orang tuaku bersama alamku disana.
Koyaoo!
Penulis: Coba-coba Menulis.
0 Komentar