About Me

header ads

OAP Sangat Membutuhkan Persipura




 
Oleh, Frans Pigai

ARTIKEL,  - Di era reformasi, masih ada polisi dan tentara sewenang-wenang. Tapi ini jangan kita ketakutan atau terkungkung dalam ketakutan. Kita bebaskan diri dari rasa ketakutan itu dan menyampaikan apa yang sebenarnya ada di hati nurani kita .

Kita melihat bahwa saat ini seluruh Orang Asli Papua (OAP) sangat membutuhkan tim mutira hitam, Persipura dalam memajukan pergerakan dalam pertempuran di lapangan hijau, mengapa karena perjuangan pembebasan dan kemerdekaan sangat dibutuhkan dari sisi pergerakan sepak bola di lapangan hijau.

Dari salah satu pergerakan sepak bola yakni Persipura sendiri berjuang di lapangan hijau karena di tanah Papua terjadi banyak pelanggaran HAM di tanah Papua, seperti yang kita ketahui secara realita di Papua adalah penembakan, pembunuhaan, penculikan, penangkapan, hingga pemenjarahan di Papua hingga sampai detik ini tak kunju usai. Kolonial Indonesia melalui praktek militernya tak puas-puas melakukan hal terebut demi kepentingan kapitalis di atas tanah Papua.

Tak bisa dipungkiri, kapitalisme dalam menguasasi suatu wilayah untuk mencuri, merampok dan memonopoli sumber-sumber daya alam adalah dengan melakukan praktek-praktek kolonisasi dan militerisasi. Dan hingga detik ini realitas Papua dalam punggung kapitalisme global.

Rakyat Papua dihegemoni melalui berbagai cara dan tipu daya kolonialisme dan militerime Indonesia. Dan yang paling menyedihkan, penembakan di atas penembakan terus terjadi. Pelanggaran HAM terjadi dimana-mana di seluruh tanah Papua. Maka, sebagai bentuk perlawana Persipura tak kalah melawan di lapangan hijau, bila perlu bendera Papua dikibarkan di lapangan hijau karena itu sebagai jati diri anak bangsa Papua dan ketika di golkan oleh salah satu pemain Persipura bila perlu berteriak Papua merdeka.

Contohnya, Boaz Solossa dan dkk setelah isi gol, lalu keluarkan bendera negaranya. “Kita adalah orang Papua, Boaz dan dkk!”

Apa salahnya, kalau Boaz dan dkk angkat baju, didalamnya ada gambar bendera Papua. Itu juga bagian dari pernyataan jati diri dia. Sebagai striker atau pencetak gol yang subur, tidak mungkin dia akan disingkirkan. Dia sangat dibutuhkan. Mereka tidak akan menyingkirkan dia, karena dia sangat dibutuhkan di dalam kesebelasan Indonesia.

Mungkin waktu pertama orang kaget, “Kenapa dia begitu?” Tapi kalau itu terus-menerus dia lakukan, lama-lama orang akan menganggap hal ini biasa. Ini efeknya sangat besar bagi masyarakat. Itu menumbuhkan kepercayaan diri, kebanggaan akan nasionalisme Papua.

Begitu juga mungkin atlet-atlet di bidang lain atau juga masyarakat waktu nonton Persipura main di Mandala. Apa salahnya mengibarkan bendera saat Persipura isi gol?

Kalau polisi mau tangkap. Tak usah takut, kita hadapi saja. Jadi tidak usah melarikan diri, karena melarikan diri itu jadi alasan untuk mereka pukul, tendang, dan tembak. Tapi duduk saja, tunggu mereka datang.

“Okay Bapak, saya siap ditangkap, tapi saya tidak memukul orang, tak merusak barang. Saya hanya mengibarkan bendera untuk menyatakan identitas saya sebagai bangsa Papua.”
Jadi ikut saja ke kantor polisi dan diperiksa dan ditanya, “Kamu mau merdeka?”

“Memang betul kami mau merdeka. Tapi kami berjuang dengan damai, tak memukul orang, tak merusak fasilitas lapangan atau mencacimaki, tapi kami bicara aspirasi yang ada dalam hati.”

Indonesia akan kelihatan dungu bila terus-menerus kasih penjaraorang yang aksi damai dengan bendera Papua.

Itu antara lain bentuk-bentuk yang bisa dibuat. Atau mungkinmisalnya, sakit sampai sudah napas-napas terakhir. Sudah keluargabawa turun depan kantor polisi. Lari dengan bendera Papua. Masuk kedalam Polres kemudian berteriak merdeka. Jatuh mati depan pos polisi.Itu polisi repot akan menjawab pertanyaan yang masuk, “Kenapa adaorang mati di depan pos penjagaan?”

Orang Asli Papua (OAP) sangat kecewa bahwa mengapa sampai seluruh pemain Persipura akan lari ke glup lain. Padahal, Persipura mampu mempertahankan tim Mutiara Hitam dengan semangat yang dimilikinya. Namun, yang menjadi pertanyaan bahwa apa yang menjadi penyebabnya utama; apakah kurangnya menajer Persipura mengontrol untuk memanajemenkan tim Persipura dengan baik, ataukah karena pemainnya sendiri berinisiatif untuk pindah di glup lain? Dan, ataukah kurangnya sponsor untuk membangkitkan semangat sepak bola, Persipura di liga-liga tertentu? Tapi, tidak! Persipura selalu memberikan warna perlawanan pada liga-liga berikutnya, karena Orang Asli Papua (OAP) percaya penuh bahwa Persipura tetap berjaya sebagai tim mutiara hitam di lapangan hijau.

Pada saat itu, kami OAP merasa kehilangan tim kebanggaan kami, yang selalu kami mengharapkan agar tim mutiara hitam selalu jaya di lapangan hijau pada liga-liga yang ada, yakni salah satunya pada Piala Presiden 2018 ini juga. Karena perlawanan pergerakan bagi tim Mutiara Hitam juga merupakan salah satu bentuk pergerakan yang membangkitkan semangat perlawanan dengan tujuan mempertahankan kedaulatan bagi kemerdekaan bangsa Papua.

Pergerakan lain jangan memandang sebelah mata saja, tapi lihat lebih dalam lagi bagimana tim mutiara hitam memperjuangkan di lapangan hijau, karena itu sebagai bentuk perlawanan bagi kebebasan bangsa Papua. Saling mendukung dan percaya dalam sebuah tindakan memberikan dorongan yang kuat agar terbukti bahwa kebebasan akan datang dengan penuh kebahagiaan sejati, yakni Papua merdeka akan akan kembali terbukti sejarah akan bangkit kembali lagi, biarpun Papua sudah merdeka sekian tahun sesudahnya.

Itu bentuk-bentuk perjuangan damai, antara lain, yang bisa kita lakukan. Kemudian bisa juga dengan setiap hari ada saja yang mengibarkan bendera. Jadi, dua atau tiga orang, atau sendiri datang ke DPR Papua, kibarkan bendera dan nyatakan mau merdeka. Kalau polisi datang tangkap ikut saja. Tidak usah melawan, ikut ke kantor polisi, diperiksa diproses, supaya lama-lama penjara–penjara di Papua itu penuh dengan tahanan politik.

Kalau penjara di Papua penuh dengan tahanan politik ini akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan bagi pemerintah Indonesia. Sebab Indonesia kampanye bahwa ia negara demokrasi, dibuktikan pemilihan presiden yang langsung dan ada bukti juga pemilihan gubernur.

Misalnya, kita baru saksikan beberapa hari lalu persaingan antara dua kandidat calon gubernur Papua dimana dimenangkan oleh seseorang yang lebih merakyat. Jadi kita bisa tunjukkan pada dunia bahwa negera Indonesia yang mengaku negara demokrasi: ada kebebasan berbicara, kebebasanmengemukakan pendapat, tetapi itu hanya berlaku di wilayah Indonesia lain.

Tidak berlaku, khususnya, di tanah Papua, terbukti: kita ini, hanya sekedar mengibarkan bendera, sekedar berteriak merdeka, dan berbicara bahwa kami bangsa Papua ingin merdeka, tapi kita ditangkap, diproses dengan pasal 110 dan 106 KUHP dan dinyatakan melakukan makar dan ini menjadi treatment terhadap bangsa Papua dalam perjuangan ini.

Penulis adalah Mahasiswa Papua
 

Posting Komentar

0 Komentar