Pulau Panjang di dalamnya kota Pala Fakfak Papua Barat - Foto by Boys Deres |
Suhu politik dikota kecil ini termasuk yang paling tinggi dan beresiko paling besar serta bahaya. Mengapa demikian, ada apa? Bukankah politik yang cerdas dan santun itu yang sering digelorakan oleh para politisi? Lalu mengapa suasana itu sudah mulai tergantikan dengan ketidaknyamanan yang hampir saja dirasakan berbagai lapisan masyarakat.
Politik menganghangat, hubungan kekeluargaan merenggang, bukan sesuatu yang lumrah. Itu fakta yang terjadi semenjak pemerintah pusat memutuskan system demokrasi langsung. Rakyat langsung memilih. Disatu sisi, ini kemajuan system demokrasi republic Indonesia, tapi disisi lain, menjadi awal kekuatan perkelompok/kandidat terbentuk.
Bahkan ini sangat terasa dikota kami, kota kecil ini. Sebuah kabupaten yang telah lama berdiri. Disini, tadinya adem ayem, tentram sentosa, telah berganti dengan si A pilih si B dan Si C pilih si D. keharmonisan bergeser, hanya kepura-puraan yang nampak ketika berpapasan. Baku tegur sebatas say hello, tak lebih akrab dari sebelumnya.
Kaka dan adik punya pilihan politik yang berbeda, akhirnya akan ada jarak yang mungkin saja bertahan selama periode kepemimpinan si kandidat. Parahnya lagi, adu argumentasi, atau ruang dialog dan sebagainya tak ada, hanya isu-isu umum yang dihembus pihak tak bertanggung jawab, menjadi santapan yang siap dimakan oleh mereka yang tak bisa menggunakan logika tapi menggunakan otot.
Sisa-sisa dari pilkada itu sudah habis, saya pikir demikian. Masyarakat telah memilih, para politisi mendapatkan suara, legislative, eksekutif; pemerintahan kembali berjalan normal. Ada ketidakpuasan dan sebagainya itulah suatu konsekuensi. Tetapi penipuan dan sebagainya tidak ditoleransi. Bila terbukti ada yang bermain dengan cara ini dan itu untuk memenangkan suara, sudah pasti ada akibatnya. Negeri ini, bukan negeri tempat para penipu yang dapat terus berjaya, negeri ini negeri yang menjunjung tinggi adat istiadat. Siapapun yang mencoba merusak akan mendapat akibatnya.
Salam
Gabhex | Bisa Papua
0 Komentar