Foto: Iluntrasi, Google Mas dan Mba/KM |
Oleh: Ago
CERPEN, KABARMAPEGAA.COM-- Disilah kami akan mengenal makna dari pada “Mas dan Mba” sebagai Kata Ajaib yang digunakan oleh Transmigran atau masyarakat Jawa untuk menghipnotis orang Papua dan Tanah Papua.
Sementara masyarakat transmigran menyebutkan kedua kata ganti orang yakni Mas dan Mba, orang Papua menganggap anomali atau juga anomi terhadap penyebut karenanya Kedua kata itu baru saja didengarkan setelah adanya kedatangan Transmigran.
Bagaimana kami mengetahui metode transmigran mempengaruhi dan menghipnotis orang Papua melalui Ilmu sihir hanya dengan kata ajaib Mas dan Mba?
Pertama, tansmigran membunuh kata ganti orang Papua Versi Papua yakni “Pace dan Mace” dan “tuan dan nona” karenanya Mas dan mba adalah Kata ajaib maka orang Papua tidak sanggup lagi mempertahngkan penyebutan versi kita.
Apalagi para Mahasiswa dan Mahasiswi yang kuliah diluar papua sangat pintar berbicara bahasa jawa dengan intonasi nada yang halus tak jauh bedah, termasuk saya penulis juga yang telah menyebutkan “Mas dan Mba” ternyata power full karena kami selalu tidak sadar bahwa kami ada dalam proses demagogi para penjajah merupakan taktik politik mendapat kekuasan dengan menghasut halus.
Kedua, (Eyes Contact with smile and calls Mas atau Mba) metode kedua ini mempunyai senjata gigi, senjata mata dan senjata Lidah untuk menembak. Artinya sangat power full membantu membangun hubungan lebih cepat antara Transimigran atau Masyarakat Pendatang dan Masyarakat adat pemilik Negeri Papua.
(Eyes Contact with smile and calls Mas atau Mba) artinya Pandang sejernih mungkin sambil senyum dan katakan Mas atau Mba, cara itu selalu tidak pernah meleset Pace atau Mace yang tadinya dipanggil Mas atau Mba menganggap dirinya dihargai membuat ia semakin dekat hubungan dengan para magic tadi berarti dia telah ditembak oleh ketiga senjata tadi melalui senyumnya, lidahnya yang mengeluarkan peluru mas dan matanya yang menjadi teleskop mengukur hati rakyat adat asli Papua.
Ketiga, Mas sabun iki loe pakein buat mandi! Maaf ya! Sedikit tidak menyambung kalimat Bahasa Jawa, tapi tidak apa-apa itu bukan bahasa kami yang harus disusun rapi jaga wibawa, tapi bahasa itu yang dimaksud bahasa setan ko!
Kalau ada yang merasa salah, mohon maaf ya! Jangan singgung juga ya! Karena itu adalah salah satu cara yang Indonesia lakukan dengan maksud merebut tanah Papua.
Hal ini, sangat dibungkus dengan penuh munafik yaitu melalui pemberian sesuatu barang. Salah satu antara transmigran hendak memberikan sebuah benda madi, cuci atau makan maka itu adalah cara demagogi. Pasti saja barang tersebut telah di restui melalui sejuta ilmu sihir, setelah pace menyentuhnya sabung mandi tersebut maka pemberi sabun sudah berhasil merebut Tanah.
Mengapa penulis menyimpulkan kalimat tidak sopan langsung katakan seorang Pace menyerahkan tanah? Ya! itulah kenyataan di Papua bahwa setelah Pace menerima barang yakni sabun mandi tadi, dirinya merasa di kasihi oleh pendatang pemberi sabun mandi tersebut tapi, Pace itu belum tahu bahwa Ia dihipnotis dalam taktik demagogi.
Metode Keempat, keempat ini berdasarkan Mas aku juga Kristen!
"Amin! Luar biasa Yesus Juru Selamat. Berbeda-beda tetapi tetap satu dalam Tuhan" jawabnya.
Menurut agama sangat benar tetapi mereka tidak tahu bahwa dia adalah seorang kapital yang menyemar sebagai Umat Kristen.
Pada suatu hari, saya bersama kedua adik saya, hari itu sangat bosan tinggal duduk-duduk saja di rumah SP Kaladiri Nabire. Saat itu, kami berkeputusan pergi ke Kota Nabire yang namanya Kota Oyehe, jaraknya cukup jauh. Motor kami yang siap pakai buat jalan-jalan kesana itu tidak bisa hidup lagi, karenanya kehabisan bensin, kami menaiki taxi angkutan dan dalamnya ada kedua bapak, salah satunya adalah seorang pendeta yang mempunyai banyak lokasi tanah di bagian SP, lalu kami berjabat tangan sambil memperkenalkan lalu melanjutkan perjalanan kami bersamaan ke kota hingga sampai di SP I perempatan Nabire, sopir taxi tiba-tiba brakes dan menelpon ketiga masyarakat pendatang dua orang bapak dan satu orang Ibu menaiki angkutan taxi yang sama.
Di pertengahan jalan bapak yang satu itu menanyakan kami satu persatu, pertanyaan sampai di saya, mas asal mana?
Jawab Say "Asal Papua dari Nabire, Pak!
Jawab dia, "saya pikir orang Paniai."
Setelanya dia menanyakan kami satu persatu, ia masih bertanya terus kepada bapak pendeta.
Satu pertanyaan yang saya masih ingat sampai sekarang di antara puluhan pertanyaan yaitu; Bapak agama apa?
Jawabnya, "Saya agam Kristen dan seorang Pendeta."
Amin. Luar biasa bapak, saya juga Kristen, jawabnya.
Kemudian, karenanya semakin dekat tempat tujuan bapak pendatang itu turun maka Ia meminta nomor hendpone dan sambil menuliskan nomor hendpone dalam sebuah buku catatan kecil, Ia berjanji akan menelpon dalam waktu dekat dan akan mengikuti ibadah bersama di gerejanya bapak. Berdasarkan pengalaman yang kami nilai waktu itu, laki-laki yang satu. (Frans P/KM)
*) Penulis adalah aktivis GKPM
0 Komentar