About Me

header ads

Kehadiran PTFI, Justru Menuai Konflik


Foto:sumber Google.com


(“Perpektif Antropologi Budaya Tentang Perbedaan Pandangan Hidup Terhadap Lingkungan Alam Oleh Suku Amungme,PT.Freeport Indonesia,Dan Negara”).

Oleh:Yerri Kogopa

(opini)-PT. Freepot indonesia (PTFI) adalah salah satu perusahan raksasa (perusahan transnasional) yang di operasikan oleh negara superpower yakni amerika serikat,PTFI (tambang/ greesberg) mulai beroperasikan dari sejak tahun 90 an di tembagapura papua,hingga sampai pada detik ini.

Tujuan utama kehadiran investor raksas barat di papua untuk meningkatkan kesejatraan dan kemakmuran rakyat serta negara untuk membangun dalam segalah bidang baik ekonomi kreatif,pendidik yang layak,kesehatan yang baik serta utamakan kesejatraan.

Masyarakat yang mendiami di sekitar penggulingan investor barat adalah suku amungme dan kamoro,suku amungme adalah salah satu suku yang menghuni di papua,tempat di kabupaten timika provinsi papua  yang selalu di berikan hak –hak ulayatnya.

 Sementara suku kamoro adalah pemilik hak ulayat dari datarang renda yang kini di pakai sebagai tempat     pembungan tailing,yaitu sisa pasir dari proses flotasi yaitu suatu ekstrasi logam emas perak dan tembaga.
Hak-hak ulayat suku asli (amungme dan kamoro) musti perlu di perhatikan serius oleh PTFI dalam keberlangsungan hidup selama proses ekspolorasi maining tambang berjalan, tetapi kenyataan yang terjadi justru menuai konflik.

Baik konflik fertikal antara masyrakat setempat dengan dengan PT.Freepoot dan konflik horisontal antara masyrakat dengan pemerintah,akar persolan  konflik yang terjadi adalah adanya sudut pandang yang berbeda terhadap pengelolaan lingkungan dan alam baik oleh suku amungme/kamoro PTFI dan negara akibat dari perbedaan tersebut pembangunan bukan mensejahtrakan namun yang terjadi adalah sebaliknya yaitu pembangunan/pengeloaan yang terjadi adalahh menuai konflik.penyebab utama terjadi konflik adalah berbeda pandangan/presepsi antara masrakat setempat,PTFI dan pemerintah. 
 
Tulisan ini, beranjak dari penglaman hidup selama berada di kabupaten Timika,papua sejak tahun 2012 sampai dengan 2015 (di Bangku pendidikan SMK Tunas Bangsa timika) sementara itu pula,penulis selalu beritraksi,hidup jatuh bangun dengan suku kamoro (selama pendidikan SMP Lecoco D”ramanville kokonao) ,amungme,PT Freeport indonesia dan pemerintah setempat.



Penulis:Mahasiswa Pada Jurusan Hubungan Internasional(International Relation) Universitas Cenderawasih Uncen-Papua.

Posting Komentar

0 Komentar